
Siaran Pers Namira Unia Risanti
FRANKFURT – Pejabat European Central Bank (ECB) menggelar rapat terbatas pada Kamis (14/4/2022) guna menjawab kekhawatiran inflasi yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi Eropa ke depan.
Pertemuan yang dihadiri 25 anggota Bank Sentral Eropa (ECB) itu merupakan pertemuan kedua sejak Rusia melancarkan serangan ke Ukraina pada 24 Februari 2022.
Menurut sebuah laporan di situs web Barrons, pertemuan itu sengaja dimaksudkan untuk membahas prospek ekonomi zona euro yang masih suram akibat konflik antara Rusia dan Ukraina. slot hoki deposit pulsa
Gubernur ECB berencana untuk mempercepat akhir dari program pelonggaran kuantitatif (QE), yang akan selesai pada Juli 2022.
Dewan Gubernur Bank Sentral Eropa telah menyerukan percepatan program pelonggaran kuantitatif karena harga di pasar Eropa menjadi semakin tidak stabil dan biaya impor produk energi seperti minyak dan gas sebagai produk makanan naik.
Suku bunga yang lebih tinggi mendorong Federal Reserve AS untuk menaikkan suku bunga.
Langkah tersebut diikuti oleh beberapa sekutu, seperti Bank of England dan Bank of Canada, dan digunakan untuk mengekang tingkat inflasi yang mendekati cakrawala negara.
Serangkaian sanksi yang ditujukan untuk menghancurkan ekonomi Rusia telah ditanggapi oleh Eropa dan sekutunya.
Situs web AFP mengatakan tingkat inflasi zona euro naik menjadi 7,5% pada Maret, jauh di atas target Bank Sentral Eropa sekitar 2%.
Pecahnya perang dan harga yang tidak terduga tentu saja merugikan Bank Sentral Eropa.
Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde mengatakan: “Inflasi ini jauh dari ekspektasi bank.”
Untuk itu, Lagarde mengimbau kepada Bank Sentral Eropa untuk segera mengakhiri program pembelian obligasi sekaligus menaikkan suku bunga di masing-masing negara.
Meski cara ini tidak bisa menghentikan inflasi sepenuhnya, setidaknya bisa membantu menstabilkan ekonomi Eropa dengan cara ini agar tidak jatuh ke dalam resesi.