
Jakarta – Asosiasi Petani Kelapa Sawit Dasar Rakyat Indonesia (Aspekpir) telah menyampaikan surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Surat yang ditandatangani 17 pejabat Aspectpir itu mendesak presiden mencabut larangan ekspor minyak sawit (CPO) dan turunannya.
Aspectpir menilai larangan ekspor sudah tercapai. demo slot pragmatic joker jewel
Idul Adha untuk memenuhi kebutuhan minyak goreng rumah tangga tanpa gangguan selama tahun 2022.
Idul Fitri kemarin tidak ada hambatan dan permintaan meningkat tajam, namun terjadi kelangkaan minyak goreng. Artinya, kebijakan larangan ekspor dapat mempengaruhi pasokan domestik.”
Aspectpir mengatakan Senin (16/5/2022) “Setelah target terpenuhi, saatnya pemerintah mencabut larangan ekspor CPO dan turunannya.”
Aspectpir percaya bahwa larangan ekspor, yang mulai berlaku pada 28 April, telah menghancurkan ekonomi petani, komponen kunci dari rantai pasokan minyak sawit.
Bahkan, para petani kelapa sawit tidak tahu mengapa minyak goreng begitu langka.
“Kebijakan ini seperti siapa yang bertindak tetapi menanggung beban. Petani tidak tahu mengapa minyak goreng begitu berharga, dan pada saat itu, seperti orang Indonesia lainnya, sulit mendapatkan minyak goreng. Saya tidak tahu apakah kami makan. buahnya, tapi tangan kita sekarang penuh dengan getah.
Petani yang tergabung dalam ASPEKPIR Indonesia adalah petani yang telah diasuh dengan baik oleh dunia usaha dan pemerintah sejak mereka mulai menanam kelapa sawit, dimana organisasi bertipe koperasi bekerja dengan baik dan memahami serta menerapkan GAP.
Koperasi TBS didirikan pada tahun 2018 oleh Disbun/Departemen Pertanian No. 1 untuk menjual langsung ke tanaman kelapa sawit mitra dengan harga tetap. Kami adalah jenis perkebunan kelapa sawit yang ideal menurut hukum pertanian.
Tangki di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) penuh dan hampir penuh karena larangan ekspor, menurut petani.
Pabrik kelapa sawit tidak bisa menjual CPO ke industri pengolahan atau eksportir karena 70% pasarnya adalah pasar ekspor.
“Pabrik kelapa sawit tempat kami menjual TBS juga memiliki kebun sendiri, jadi dalam hal ini kami mengutamakan tandan buah segar dari kebun kami sendiri. Sekarang tangki penuh dan beberapa tanaman berhenti bekerja dan berhenti bekerja. PKS TBS punya ini Kami tidak menerima petani mitra yang sudah memiliki kontrak karena kebutuhan mereka,” katanya.
Tak perlu dikatakan, harga fasilitas produksi saat ini telah meningkat dan TBS belum terjual.
“Dinding menimpa kami sampai petani jatuh dari tangga,” katanya.
Petani menjelaskan bahwa kelapa sawit secara teknis pertanian dan buah yang matang harus segera dipanen. Jika dibiarkan tidak dipanen, tanaman akan rusak dan membutuhkan waktu untuk pulih.
Selain itu, tandan buah segar harus masuk ke dalam tanaman karena membusuk dan kualitas CPO yang dihasilkan rendah.
CPO yang telah disimpan di tangki penyimpanan terlalu lama untuk memenuhi kebutuhan pangan juga terganggu.
Petani mengatakan dunia saat ini kekurangan minyak nabati dan Indonesia, pemilik perkebunan kelapa sawit terbesar, memiliki tanggung jawab untuk melayani kebutuhan dunia sebagai bagian dari masyarakat internasional yang beradab.
“Kami ASPEKPIR Indonesia, oleh karena itu, sangat mendesak Presiden Jokowi untuk segera mencabut larangan ekspor dan tidak menunda-nunda. Nyawa petani kelapa sawit adalah taruhan utama kami. Jangan sampai Pak Jokowi meninggalkan warisan buruk. Hancur Bos “, Buku Aspectir.
Mereka menuntut larangan ekspor segera dicabut. Menurut para petani, situasi saat ini adalah keadaan darurat. Jika larangan tersebut terus berlanjut, maka akan berdampak buruk bagi pemulihan ekonomi nasional.
Aspectpir mengatakan, “Ke depan, pemerintah harus mengatur secara ketat pemenuhan kebutuhan minyak goreng dalam negeri dan menindak tegas perusahaan-perusahaan yang menangani kebutuhan masyarakat.”