
KUDUS – Mbah Amir, 67, asal Kudus, Jawa Tengah, harus tinggal di gubuk berukuran 2×1,5 meter dengan dinding papan nama bekas, langit-langit asbes, dan lantai parket yang dilapisi kasur lusuh.
Vila tersebut berada di atas tanah milik desa. slot freechip
Ketika Grid mengunjunginya, Mba Amir sedang beristirahat di depan toilet umum sekitar 5 meter dari kabinnya. Toilet umum tempat Amir bisa mandi dan buang air besar.
Pria berwajah keriput, berambut uban, dan berjanggut putih gelap menutupi lehernya itu mengaku sudah dua tahun tinggal di gubuk.
Awalnya dia sedang menarik becak.
Hingga dua tahun lalu, ia akhirnya mengalami kecelakaan.
Dia ditabrak sepeda motor dan melukai kaki kanannya. Di sana dia akhirnya dibawa ke rumah sakit.
Setelah itu, dia kembali ke rumah putranya, tetapi putranya tidak mau merawatnya. Inilah kisah yang akhirnya membuat Mbahah Amir tinggal di sebuah gubuk.
Sebuah kecelakaan yang secara permanen melukai kaki kanannya sekarang mempengaruhinya.
Dalam kegiatannya, Mbah Amir membutuhkan bantuan. Kaki kanannya tampak terlalu berat untuk digerakkan.
Istri Mba Amir awalnya memiliki tiga anak, namun meninggal tiga tahun lalu. Salah satu putranya tinggal di dekat gubuknya.
Sedangkan dua anak lainnya dikabarkan tinggal di Desa Garongkidul di Kalongo-gu dan Desa Gogo di Megubu-gu. Tapi tidak ada yang menjaga anak-anak.
Mbah Amir sendiri juga menyadari hal ini. Pada usia ini, tidak ada anak yang harus diasuh karena mereka jarang bertemu sejak mereka lahir.
Hari-harinya disibukkan sebagai tukang becak. Aku tidak pulang.
“Masalahnya saya tidak pernah bersama mereka sejak lahir karena saya bekerja sebagai sopir mobil. Yang merawat mereka adalah ibunya,'” katanya.
Sebagai becak yang menawan, ia berjuang selama bertahun-tahun. Dia mengatakan itu dari tahun 70-an.
Saat itu, dia jarang pulang mengunjungi keluarganya. Dia menghabiskan malam di kereta.
Naik becak di sekitar kota suci.
Kini Mba Amir sudah tidak muda lagi. Bertingkah seperti anak kecil tidak berdaya.
Hari-harinya penuh dengan aktivitas di sekitar gubuk yang ia tinggali. Untuk makan, dia bisa membeli dengan uang yang diberikan orang kepadanya.
Jika tidak, ia mengharapkan belas kasihan dari orang-orang di sekitarnya yang dengan sengaja memberinya makan.
“Atau berbagi dengan keponakan saya. “Saya juga punya keponakan ketika saya masih kecil.” (Penulis: Ripchi Gojali)
Artikel itu diterbitkan dengan judul Kisah Mba Amir, kakek berusia 67 tahun yang tinggal di gubuk dekat toilet umum di Kudos.