
Kupang Postal Press Report Prancis Kruen
Papua – Dalam situasi yang bergejolak seperti Papua, kewaspadaan menjadi prediktor penting dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Selain itu, tiba-tiba, tentara aneh datang berkunjung. slot pragmatic simulator
Pada saat itu, dua orang wanita, membawa buah yang dipanen dari kebun, mendekati pos keamanan yang diduduki oleh polisi Indonesia dan polisi Indonesia.
Dengan senyum malu-malu, keduanya berbagi tujuan kedatangan mereka pagi itu.
Mereka suka memesan bantuan makanan seperti nasi dan ramen.
Ini seperti kompromi. Itulah yang terjadi pagi itu di salah satu pos keamanan yang diduduki tentara Indonesia dan Puli.
Seperti terlihat dalam video yang baru-baru ini beredar melalui media sosial, pejabat TNI dan Polly menyambut kedua wanita tersebut, dan mereka juga menerima bantuan makanan atas permintaan mereka.
Tapi pagi itu, ada sesuatu di benak seorang perwira militer Indonesia dan Polly.
Salah satu tamu membuat gerakan yang tidak biasa.
Wanita itu marah dan sepertinya menyembunyikan sesuatu.
Dia juga tampaknya ingin segera kembali dari pos keamanan.
Sesaat setelah menerima bantuan, wanita itu buru-buru meninggalkan pos jaga karena seribu alasan.
Pada saat yang sama, prajurit yang menduduki tempat itu sengaja mengulur waktu agar temannya tinggal di sana lebih lama.
Saat wanita itu pergi, tentara Indonesia mengeluarkan teropong mereka dan mencoba mengamatinya dari kejauhan.
Anehnya, wanita itu tidak kembali ke rumah dan berjalan ke Hunei, dekat dengan hutan.
Dengan adanya perbedaan tersebut, TNI dan Polly mulai menginterogasi perempuan yang masih berada di posko tersebut.
Selama interogasinya, beberapa tentara lain diperintahkan untuk mengambil rute yang berbeda untuk memata-matai wanita itu.
Saat prajurit berada dalam posisi yang tepat dan kepanduan, dia melihat seorang wanita dengan sekelompok pria bersenjata.
Polisi juga menduga wanita itu hanya berpura-pura bertukar buah dan makanan di pos keamanan yang diduduki tentara Indonesia dan Puli.
Karena tujuan utamanya adalah untuk memantau suasana di pusat keamanan, mereka memata-matai aktivitas tentara Indonesia dan Polly dan melaporkan ke KKB untuk merencanakan serangan.
Di balik periskop, diketahui semakin banyak anak muda yang berkumpul di kawasan Funai yang dekat dengan hutan.
Biasanya mereka membawa senjata api dan sedikit yang hanya bersenjatakan busur dan anak panah.
Tiba-tiba, seorang wanita dari Funai berjalan keluar dari pintu samping.
Melihat situasi yang kurang kondusif, prajurit TNI dan Puli mulai waspada.
Selain itu, dia melihat di balik periskop mulai memuat amunisi ke senjata yang dipegang para pemuda itu.
Untuk melihat apakah ini siap untuk serangan, tentara Indonesia dan Puli juga berusaha untuk menembakkan tembakan peringatan.
Akibatnya, mereka menghadapi penembakan membabi buta oleh kelompok kriminal bersenjata.
Dalam situasi seperti itu, anggota KKB, termasuk suami dari wanita yang meminta bantuan, dikirim satu per satu ke alam baka.
TNI dan Puli harus mengambil tindakan tegas. Sebab, taktik yang dilakukan KKB bukanlah hal baru di Papua.
Tindakan seperti itu sering dilakukan agar ketika ada tamu tak diundang yang tiba di pos jaga, petugas berseragam sudah siap untuk mengusirnya.
Peristiwa itu dilaporkan terjadi di Intangaya, Papua.
Dia tidak menyebutkan kapan baku tembak itu terjadi.
Namun, dalam kasus itu, militer harus menetralisir KKB karena tindakan KKB membahayakan pihak lain.
Hingga saat ini, aksi teror masih berlanjut di kawasan Intanga Gaya, Punkak Jaya dan Kabupaten Ndoga.
Lekagak Telenggen, Oni Kobagau, Goliat Tabuni dan Egianus Kogoya menyerang TNI dan Puli secara bergantian.
Jika tujuan itu tidak tercapai, maka akan menghidupkan warga sipil, baik itu guru, pegawai negeri, tukang ojek, buruh bangunan, dan tenaga kesehatan lainnya.
Baru-baru ini, KKB menembak seorang guru dan membakar rumahnya.
Tidak diketahui persis apa yang melatarbelakangi tindakannya membunuh para guru tersebut.
Namun, KKB mengatakan guru itu ditembak dan dibunuh saat bertugas sebagai mitra di militer Indonesia dan Poli.
Tuduhan KKB memang tidak berdasar, tapi cara ini biasa digunakan di Papua untuk menunjukkan keberadaan KKB.
Tujuannya adalah untuk mencapai kemerdekaan dari republik Indonesia, yang disebut penjajah.
Mapu, koordinator politik dan hukum MD, menegaskan bahwa KKB tidak boleh bermimpi merdeka dari kegiatan KKB untuk kemerdekaan.
Hal ini karena sebagian besar negara di dunia mengakui Papua sebagai bagian dari negara kesatuan Republik Indonesia.
Papua adalah bagian dari wilayah Indonesia. (Francis Krone / *)
Artikel yang diposting di Pos-Kupang.com, berpura-pura meminta bantuan TNI dan Polri, dua wanita yang bertugas sebagai utusan khusus KKB memata-matai publikasi keamanan.