
Jakarta – Cacar monyet atau monkeypox memiliki gejala umum yang mirip dengan cacar, seperti demam dan ruam yang melepuh dan rapuh.
Gejala ini juga berhubungan dengan pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak.
Pada tanggal 7 Mei, pemerintah Inggris melaporkan kasus cacar monyet ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan melaporkannya ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Kepala monyet ditemukan pada orang-orang yang melakukan perjalanan dari Inggris ke Nigeria. Pria itu tinggal di Nigeria dan kembali ke Inggris.
Menurut Dickie Bodman, ahli epidemiologi di Griffith University, kondisi tersebut tidak terlalu serius karena terdeteksi dini dan cepat. pusat judi online
Menurutnya, hal ini harus dipertimbangkan. Diperlukan pemeriksaan khusus, terutama di bandara. Di sisi lain, orang yang melakukan inspeksi harus memiliki perlindungan pribadi.
Di sisi lain, Dickey mengatakan cacar monyet adalah penyakit yang sangat langka dan langka. Cacar air monyet adalah penyakit hewan.
“Ini sebenarnya jarang mempengaruhi manusia. Tapi kadang-kadang ditemukan di kawasan hutan di Afrika Barat atau Afrika Selatan,” kata Dickey.
Penularan epidemiologi pada kepala kera adalah melalui kontak atau droplet. Sama seperti COVID-19. Artinya bisa ditularkan oleh seseorang yang bersin atau batuk.
Orang menjadi terinfeksi dengan menghirup tetesan, yang memiliki masa inkubasi rata-rata 1 sampai 2 minggu.
Ini sebenarnya penyakit yang biasanya bergejala ringan dan bisa sembuh dengan sendirinya dalam waktu 2-3 minggu.
Namun, dalam beberapa kasus, gejalanya mungkin lebih parah. Selain penyakit kulit, bisa juga disebabkan oleh rasa gatal dan nyeri. Kemudian masalah muncul ketika ibu hamil terinfeksi.
Ini dapat menyebabkan keguguran atau, dalam beberapa kasus, gejala yang lebih serius pada anak-anak.
Makanya kita perlu waspada, kata Dickey.