
Tari Reog Ponorogo adalah seni tari tradisional masyarakat Ponorogo Jawa Timur yang disebut juga dengan Barongan.
Mengutip reog indonesiabaik.idtari, ia berbicara tentang perang antara Kerajaan Kediri dan Ponorogo karena Singabarong (Raja Kediri) tidak menyetujui lamaran Dewi Ragil Kuning, putri Klono Sewandono (Raja Ponorogo).
Penampilan Ryog diawali dengan tiga tarian pembuka berturut-turut dengan Klono Sewandono sebagai pemeran utama, Warok, Zatil, dan Bujangganon. judi slot gacor hari ini
Barungan menampilkan sajian terakhir dari tarian Reog.
Penarinya memakai caplokan (kepala singa) dan disuguhkan dengan Dada Merak.
Awalnya bernama Barungan, kesenian ini dibawa dari Bali oleh Ki Ajing Suryangalam.
Oleh karena itu, tidak heran jika teknik perekaman ulang mirip dengan Barong di Bali.
Sejarah Tarian Leog Phonologo
Reog Ponorogo mengutip beberapa versi dari sejarah produksi tari:
1. Legenda Sengo Barong
Kisah pertama menceritakan tentang Klono Sewandono, tokoh Raja Bantarang yang ingin melamar Dewi Sangalangit, putri Raja Khediri.
Syaratnya, Klono Siwandono harus mengalahkan Singo Barong di Alas Ruban.
Ia membawa sejumlah pasukan berkuda yang sayangnya dengan mudah dikalahkan oleh Barong Senju.
Setelah itu, Clono Sewandono menaruh sumpit di telinganya, yang berubah menjadi burung merak untuk mengalihkan perhatian Singo Barong.
Berkat metode ini, Thingo Barong terpesona oleh Duke dan dengan mudah dikalahkan dengan empat puluh satu cambuk yang dibawa oleh Clono Sewandono.
Pada pernikahan Kluno Siwandono dan Dewi Sangalangit, Barong singa dan dua burung merak duduk di atas kepalanya.
2. Kisah mantel penuaan utama
Kisah kedua datang dari Ki Ajing Koto, abdi Raja Brawijaya V yang meninggalkan Majapahit.
Kemudian Ki Ajing Koto mendirikan Pertapaan Sorokoping, yang mengajarkan ilmu Kanuragan melalui permainan Barongan.
Sayangnya, Raja Brawijaya V justru percaya bahwa Ki Aeng Kutu tidak mau lagi menuruti perintahnya dan mengkhianatinya.
Raden Katong kemudian dikirim untuk menyerang pertapaan yang berakhir dengan kekalahan Ki Ajing Koto.
Sebagai imbalannya, Raja Brawijaya V memberikan harta Raden Katong si Winker.
(/ Widia) ()