
Laporan Jurnalis, Namira Junia Restanti
BERLIN – SABTU (4 September 2022) Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht mengatakan Jerman saat ini kehabisan stok senjata yang dibutuhkan untuk perang militer di Ukraina.
Dalam pengumuman itu, Lambrecht mengakui bahwa Jerman telah mencapai batas pengiriman senjata ke Ukraina.
Pernyataan itu muncul setelah Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba pada Kamis (7/4/2022) mendesak anggota NATO, termasuk Jerman, untuk segera memasok Ukraina dengan lebih banyak peralatan militer, seperti senjata berat.
Lambrecht menjelaskan bahwa menipisnya stok Jerman di Bundeswehr Jerman karena negaranya terus memasok kebutuhan senjata perang Ukraina, terutama karena aktivitas impor meningkat setelah invasi Rusia ke Ukraina memanas. situs judi slot terbaru
“Untuk pengiriman dari stok Bundeswehr, kami harus jujur bahwa kami telah mencapai batas kami,” Lambrecht dikutip dari harian Jerman Augsburger Allgemeine, Lokal.
Sampai saat ini, Jerman telah memasok 1.500 rudal anti-pesawat Strela dan 100 senapan mesin MG3, sementara Jerman diketahui memasok 1.000 roket anti-tank dan 18.000 helm militer.
Bahkan baru-baru ini, pihaknya telah menginvestasikan setara 100 miliar euro atau 1500 triliun rupiah (15.670 unit euro) untuk memperkuat tentara Ukraina melawan serangan Rusia.
Impor senjata berat Jerman yang terus berlanjut telah memaksa Lambrecht untuk membatasi persediaan pengirimannya.
Hal ini dilakukan untuk menjaga kemampuan pemerintah Jerman dalam menjamin pertahanan negara dan sekutu NATO-nya.
Namun demikian, Lambrecht mengatakan militer negaranya, yang dikenal sebagai Bundeswehr, akan terus memastikan pertahanan Ukraina dengan persenjataan yang memadai.
Langkah ini terus dilakukan Jerman untuk mendongkrak impor negaranya setelah mencatat lonjakan dana impor sebesar €100 miliar dari awal 2022.
Rencananya, pemerintah Jerman akan menggunakan dana tersebut untuk memodernisasi militernya sehingga negara tersebut dapat mencapai target NATO sebesar 2% dari PDB.