
Jakarta, – Dalam sepekan, dikabarkan banyak startup atau rintisan di tanah air yang merumahkan karyawannya.
Kabar pemutusan hubungan kerja ini pertama kali diikuti oleh platform teknologi pendidikan Zenius, platform keuangan digital LinkAja, dan platform e-commerce terbaru slot pragmatic jackpot besar
Penutupan pemutusan hubungan kerja (PHK) ketiga perusahaan tersebut membuat banyak pihak percaya bahwa bubble burst, atau gelembung startup Indonesia, saat ini sedang dalam perjalanan.
Bhima Yudhistira, Direktur Pusat Penelitian Ekonomi dan Hukum (Celios), mengatakan pecahnya gelembung teknologi bukanlah hal yang mustahil yang bisa terjadi di Indonesia.
Menurut dia, setidaknya ada lima alasan utama startup disibukkan dengan PHK.
Pertama, ini adalah produk non-kompetitif, yang mengakibatkan hilangnya pangsa pasar atau market share secara signifikan karena terus bermunculannya perusahaan rintisan.
Selanjutnya, kita melihat startup yang kesulitan mendapatkan pendanaan baru karena investor memiliki lebih banyak pilihan dalam memilih perusahaan.
Bhima mengatakan kepada pada Minggu (29 Mei 2022) bahwa “Investor menghindari membeli saham di startup berisiko tinggi karena faktor makroekonomi global penuh ketidakpastian.
Bhima memperkirakan pasar terlalu jenuh dan sensitif terhadap penawaran dan diskon, sehingga pengguna akan turun tajam jika aplikasi tidak menawarkan diskon.
Terakhir, dengan meredanya penyebaran COVID-19 dan aktivitas masyarakat telah pulih, transaksi saat ini tidak hanya dilakukan secara online.
Bhima berkata, “Gelembung teknologi bukan tidak mungkin.
Sementara itu, Neelul El Hoda, peneliti ekonomi digital di Institute for Development Economics and Finance (Indef), mengatakan startup saat ini masih mengandalkan pendanaan untuk menjalankan bisnisnya.
Maka, Neilul mengatakan pemotongan adalah salah satu opsi yang sering diambil oleh para startup untuk meningkatkan posisi keuangan mereka.
Dalam situasi ini, sangat penting bagi startup untuk segera mengubah model bisnisnya tanpa menggunakan pembiayaan.