
KYIV, -Pertempuran di Kota Sievierodonetsk antara pasukan Rusia dan Ukraina pecah hingga ke jalan-jalan kota pada Senin (6/6/2022).
Belum diketahui pihak mana yang lebih unggul dalam pertempuran tersebut.
“Pihak mana yang lebih unggul tidak jelas, dengan situasi berubah dari jam ke jam,” beber Kepala Administrasi di Kota Sievierodonetsk, Oleksandr Stryuk, di televisi. slot gacor maxwin
Dilansir dari Reuters,Stryuk mengatakan pertempuran jalanan berkecamuk dan tidak ada pihak yang bersiap untuk mundur.
Kota Sievierodonetsk telah menjadi target utama serangan Rusia di Donbass saat invasi Kremlin berlanjut dalam perang gesekan yang telah melihat kota-kota dihancurkan oleh rentetan artileri.
Donbass adalah wilayah yang terdiri dari provinsi Luhansk dan Donetsk.
Kementerian Pertahanan Ukraina mengatakan, Rusia mengerahkan pasukan dan peralatan ke dalam upayanya untuk merebut Sievierodonetsk, kota terbesar yang masih dikuasai Ukraina di Luhansk.
Gubernur Provinsi Luhansk, Serhiy Gaidai mengatakan pada Senin, situasinya memburuk setelah para pembela Ukraina telah mendorong mundur Rusia selama akhir pekan karena mereka tampaknya hampir meraih kemenangan.
Presiden Ukraina, Volodomyr Zelensky juga mengatakan bahwa situasinya sulit di Ukraina timur.
Dalam pembaruan Senin malam waktu setempat, militer Ukraina mengatakan dua warga sipil tewas dalam penembakan Rusia di wilayah Donetsk dan Luhansk pada Senin dan bahwa pasukan Rusia telah menembaki lebih dari 20 komunitas.
Rusia sendiri telah membantah menargetkan warga sipil dalam konflik tersebut.
Rusia mengatakan sedang dalam misi untuk “membebaskan” Donbass setelah pasukan Ukraina mendorong pasukannya kembali dari ibu kota Kyiv dan kota kedua Ukraina Kharkiv pada tahap awal perang.
Zelensky berusaha mengumpulkan pasukannya pada Minggu (5/6/2022) dengan kunjungan ke dua kota yang dekat dengan garis depan.
Dia mengaku telah melakukan perjalanan ke Kota Lysychansk, selatan Sievierodonetsk, dan Soledar. Ini adalah kunjungan langka baginya di luar Kyiv sejak dimulainya invasi Rusia pada 24 Februari.
Ukraina dan sekutu Baratnya menganggap ini sebagai omong kosong dan mengatakan Rusia adalah perang yang tidak beralasan untuk merebut wilayah yang berisiko berubah menjadi konflik Eropa yang lebih luas.